“ Kami merasakan pelatihan yang sangat berbeda dari pelatihan yang pernah kami ikuti selama ini. Kami telah diajarkan tentang bagaimana kami menemukan diri kami sendiri dan menemukan kembali desa kami sendiri dan berpikir kritis terhadap apa yang kami miliki sehingga kami bisa membangun desa kami menuju desa yang sehat dan sejahtera “
(Bapak Adam ; Kepala Desa Kuanheum, Kabupaten Kupang).
Pernyataan dari Kepala Desa Kuanheum di atas tidaklah berlebihan dan apalagi mengada-ada jika diteliti dan didengar lebih dalam lagi atas semua curahan hati dan reaksi peserta terhadap proses pelatihan Survei Mawas Diri untuk Tim Fasilitator Desa Siaga di Kabupaten Kupang pada tanggal 25 – 30 Juli 2011 ini terselenggara atas kerjasama Kemitraan Pemerintah Australia dengan Pemerintah Republik Indonesia melalui Proyek AIPMNH. Pelatihan Survey Mawas Diri yang difasilitasi oleh fasilitator dari LSM INCREASE, Sipri Nar, ini dilakukan di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Kupang, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Ende, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
LSM INCREASE sebagai fasilitator pelatihan Survey Mawas Diri tersebut telah berupaya keras untuk memberikan segala kemampuan untuk menularkan kemampuan fasilitasi. Bagi INCREASE, kerja fasilitasi ibarat kerja seorang dokter. Sebagai seorang dokter, dalam melayani pasien, pertama-tama ia bertanya kepada pasie tentang apa yang dirasakannya. Dokter terus bertanya-tanya kepada pasien untuk mendapatka informasi akurat tentang kondisi penderitaan pasiennya. Tetapi ia tidak hanya bertanya tetapi ia juga ‘ meraba-raba, meletakan stetoskop ‘. Kemudian ia mendiagnosa penyakit pasien. Akhirnya sang dokter memberikan rekomendasi berupa resep atau rujukan kepada pasiennya tersebut. Seorang fasilitator pun demikian halnya. Pekerjaan seorang fasilitator dalam memfasilitatasi adalah bertanya, bertanya dan terus bertanya sehingga peserta menemukan sendiri jawaban atas persoalannya. Hal ini bisa terjadi hanya jika seorang fasilitator terus berlatih bagaimana menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dan sederhana.
Survey Mawas Diri sendiri merupakan kegiatan potret diri masyarakat atas seluruh kehidupannya dan dunianya sehingga sadar akan dirinya sendiri. Proses penyadaran ni akan terjadi hanya melalui proses bertanya-tanya secara kritis atas kehidupannya dan seluruh dunianya. Salah satu pendekatan yang cocok dan pas sehingga melahirkan proses penyadaran tersebut adalah Participatory Learning and Action / Belajar dan Melakukan Aksi Bersama ( PLA ).
PLA sendiri merupakan pengembangan dari metode PRA. Karena itu metode yang dipakai tidaklah berbeda jauh dari yang biasa digunakan dalam PRA. Beberapa metode yang dipakai dalam PLA adalah :
- Sketsa Desa
- Diagram Venn
- Kalender Musim
- Pemetaan
- Jadwal Sehari
- Kalender (pemberian makanan pada ibu hamil dan bayi)
- Wawancara
- Diskusi Kelompok Terfokus (FGD).
Metode PLA sangat baik diterapkan dalam upaya penyadaran kritis masyarakat terhadap potensi-potensi desa, (manusia, alam, budaya/tradisi, lembaga, modal social lainnya) . Hal ini dilakukan untuk mengkritisi sebarapa besar dampak dari setiap potensi, yang sangat banyak di desa, terhadap perbaikan dan penigkatan kualitas kehidupan masyarakat desa menuju kesejahteraan dan kemakmuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar