SELAMAT DATANG DI BLOG SIPRI NAR : KREATIVITAS UNTUK PERUBAHAN *** BANGUN KAMPUNG BANGUN INDONESIA ***

Rabu, 08 Agustus 2012

OLE, INDONESIA!!!!  
Oleh Christian Cangkung, CMF

Yang kutahu, kumandang azan tak pernah terdengar dari mesjid yang jaraknya cuma beberapa blok dari hunianku itu. Padahal dari cerita yang kudengar, mesjid itu adalah yang terbesar di Eropa bagian barat. Sesuatu yang tak lazim buatku yang terbiasa mendengar kumandang azan dari mesjid-mesjid apalagi pada masa ramadhan seperti sekarang ini. Saya teringat pengalaman masa studi di Yogyakarta. Betapa tidak, rumah kami berdekatan dengan lima mesjid. Bisa dibayangkan betapa riuhnya gema azan pas saat jam sembahyang 5 waktu tiba.

Saya menyambangi mesjid yang dikenal dengan “Moschea di Roma” itu tiga minggu yang lalu, beberapa hari sebelum masa ramadhan dimulai. Di ruang jaga, duduk seorang pria berwajah Arab. Baru saja saya hendak menghampirinya, si pria tadi langsung mengarahkan tangannya ke arah mesjid sambil berkata, “Anda mau berdoa, silakan masuk ke ruangan air wudhu. Pintu masuk ada di dekat tangga itu”. Saya lantas menjelaskan bahwa saya bukan orang muslim dan datang untuk melihat-lihat saja. Dia lantas tersenyum ramah saat saya bilang, saya pastor mahasiswa dan berasal dari Indonesia. Saya diijinkan masuk ke dalam mesjid tapi demi rasa hormat, saya pikir cukup untuk melihat bagian luarnya saja. Toh, kemegahan rupa luar bangunan ibadah itu sudah bisa mencerminkan bagian dalamnya yang tak kalah indahnya. Satu hal sebenarnya yang ingin sekali saya lihat adalah batu nisan yang bertuliskan ucapan terima kasiih kepada Negara-negara yang telah menyumbang dana untuk pembangunan mesjid di mana Indonesia termasuk salah satunya. Dan betul, nisan itu terpajang pada dinding bagian depan mesjid, ditulis dalam dua bahasa, Arab dan Italia. Indonesia tertera pada urutan 9, bersanding dengan 22 negara penyumbang lainnya. Sampai di sini, ada rasa bangga melihat nama Indonesia tertera di batu nisan tersebut. “Pantas si pria Arab tadi tersenyum ramah,” pikirku.


Selama ramadhan ini, memang tak ada kumandang suara azan yang bergema dari Moschea di Roma tersebut. Tiada jajanan makanan pembuka puasa di pinggir-pinggir jalan sebagaimana yang pernah kulihat di sepanjang Jalan Kaliurang Yogya. Tak ada bunyi genderang sahur di pagi buta. Tapi ramadhan tetap berjalan sebagaimana biasanya. Ada saja pria berwajah Arab atau wanita berjilbab yang keluar dari bus 910 yang berhenti di fermata (perhentian bus) di Via Sacro Cuore di Maria lalu berjalan kaki menuju Moschea di Roma. Kendati negara ini dikenal mayoritas Kristen Katolik, toh kebebasan hidup beragama mendapat jaminan dari konstitusi negara. Umat beragama lain yang kebanyakan ekspatriat, aman-aman saja menjalankan ibadahnya. Satu hal yang berkesan buat saya, ada niat baik negeri ini untuk menerima keberagaman dan merangkainya menjadi sebuah mozaik kehidupan yang indah, aman dan tenteram. Tetapi yang terjadi di negeri sendiri malah terbalik. Belum selesai dengan masalah pelarangan pendirian Gereja dan pelaksanaan Ibadah Umat GKI Yasmin Bogor, HKBP Ciketing dan HKBP Filadelfia sekarang muncul lagi dengan kasus serupa terhadap Gereja Paroki St. Yohanes Parung Bogor. Lebih aneh lagi bahwa perlakuan itu didaratkan pada sesama saudara-saudari sebangsa dan setanah air. Tampak jelas ada niat jahat untuk menolak keberbedaan dan menghancurkan mozaik hidup keanekaragaman yang sudah dibangun pendiri bangsa ini sejak awal. Pancasila dan UUD 1945 pun diabaikan. Saya tak habis pikir, mau jadi apa bangsa ini nantinya. Hampir 67 tahun merdeka, tapi kemerdekaan sepenuhnya itu masih jauh dari harapan. Olee, Indonesia!


(Ole!!!=seruan dlm bahasa Manggarai)
* Tulisan ini telah diposting di facebook oleh penulis Christian Cangkung, seorang pastor muda Claretian. Dia adalah teman dekat saya sewaktu kuliah. Tulisan ini dimuat atas seijin beliau.* 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar